Iko Uwais, Sang Petarung 
“Saya fighter, bukan aktor.”


Pada 2009 lalu, industri film Indonesia tiba-tiba memiliki seorang bintang laga baru. Nama Iko Uwais kemudian melejit sebagai seorang pendekar silat lewat film Merantau. Terlepas dari Merantau diterima secara positif dari segi komersial maupun oleh kritik, dan bahwa Iko memiliki penampilan yang membuatnya bisa menjadi seleb, ternyata ia lumayan jarang muncul di tayangan infotainment. Kamis (3/3) lalu, editor Yahoo! Indonesia bertemu dengan Iko pada konferensi pers mengenai pembuatan film terbarunya, Serbuan Maut (The Raid).

Di film Serbuan Maut yang disutradarai oleh Gareth Evans ini, Iko berperan sebagai Rama, salah satu anggota pasukan khusus berjumlah 20 orang yang akan menangkap raja bandar narkotika Tama (Ray Sahetapy). Mulai syuting pada 14 Maret ini, Serbuan Maut baru akan dirilis di Indonesia pada Januari 2012 setelah, rencananya, diputar di berbagai festival film internasional lebih dulu. Setelah Serbuan Maut, Iko juga kembali akan memerankan karakter utama di satu lagi film laga buatan sutradara Evans, Berandal. Ini petikan wawancara dengan Iko Uwais.

T: Karakter apa yang Iko perankan di film ini? Apakah masih protagonis seperti di Merantau?
J: Sama-sama protagonis. Iko menjadi Rama, anggota dari bagian pasukan khusus. Rama ini ruki, polisi baru yang belum pernah terjun ke dunia perang. Masih junior banget, belum pernah ikut dalam penyerbuan ke gedung-gedung itu. Yang pasti di sini, tingkat agresifnya lebih tinggi lagi dari Merantau.

T: Apakah Iko masih akan bersilat atau dengan bela diri gaya lain?
J: Di sini silat masih, dengan tangan kosong, untuk menonjolkan budaya sendiri. Tapi di sini ada beberapa senjata kita gunakan. Pakai pistol, (senapan) laras panjang, pentungan polisi, pisau. Dulu kan (Merantau) lebih mengangkat budaya, tradisinya kental banget. Sekarang di sini kita lebih universal. di sini pun kita nggak membawa bela diri adat ini, adat itu. Bela dirinya tetap silat, tapi nggak membawa budaya 'ini' gitu.

T: Apa persiapan khusus yang harus Iko lakukan untuk film ini?
J: Waktu itu kita harus ke bootcamp. Seminggu di Kopaska (Komando Pasukan Katak TNI AL, Tanjung Priok), kita adaptasi pegang pistol beneran, laras pendek dan panjang), latihan mental, fisik, penyerbuan, cara-cara atau attitude berjalan, berbaris, megang pistol. Ini baru pertama kali saya megang pistol dan menembak, pakai pistol dan peluru beneran. Saya megang Glock dan FN.

T: Dengan Merantau, Serbuan Maut, dan selanjutnya, Berandal, yang akan dibuat bersama Gareth, tampaknya tidak ada lagi aktor laga di Indonesia selain Iko.
J: Aduh. Amin. Tapi banyak lho di televisi...

T: Kenapa menurut Iko tidak ada aktor laga lain sekarang?
J: Menurut Iko sih banyak ya, mungkin teman-teman bisa lihat banyak, beberapa di layar kaca film-film action, tapi mungkin belum dikeluarin di layar lebar kali ya, belum dikerjain secara profesional. Dan kebetulan Gareth sebelumnya bikin dokumenter tentang silat di Indonesia, dia meriset tentang silat, dan dia ingin melihat orang-orang asli silat.

T: Bagaimana Iko bisa menjadi aktor di film-film ini?
J: Sebelumnya hanya sebagai salah satu pemeran dalam dokumenter silat (yang dibuat Gareth) itu tadi, tapi kemudian Gareth bilang, 'Iko coba, kita mau bikin film, kamu mungkin bisa gabung dengan kita.'

T: Apakah berarti sekarang Iko sudah berprofesi sebagai aktor?
J: Full time aktor sih enggak, tapi ya juga sebagai koreografer di beberapa film yang dibuat bersama Gareth. Bikin gerakan-gerakan baru. Saya fighter, bukan aktor.

(Ketika ditanya pada sutradara Gareth Evans, apa yang membuat Iko menonjol sebagai seorang bintang laga sekaligus aktor yang meyakinkan di layar, dia bilang, "Hal yang tidak diketahui banyak orang tentang Iko adalah bahwa dia sangat-sangat berbakat. Tapi yang ingin saya tanamkan pada Iko adalah perkembangannya dia sebagai aktor secara emosional. Saat nanti dia semakin tua, dan dia tidak bisa lagi meloncat dan menendang, jadi dia bisa mengandalkan kemampuan aktingnya.")

T: Penyutradaraan seperti apa sih yang diberikan oleh Gareth pada Iko?
J: Dia membebaskan Iko mau bergerak seperti apa. yang penting ada mark-marknya (penanda), jangan melewati itu, tapi bebas aja. Kalau ekspresi emosional, jadi dibayangin kalo berantem kan nggak mungkin diem aja...ekspresi marah seperti apa, disesuaikan dengan karakter saya. Dia yang mengarahkan semuanya. Kalau untuk action, kita udah natural, ekspresi pun sudah menyatu.

T: Apa bedanya bersilat di dunia nyata dan di film?
J: Ya itu yang kerasa beda banget. Di dunia nyata kalo berantem sama orang, kan enggak ada koreografi sebelumnya. Kalau ketemu sama orang, kan nggak mungkin bilang, 'eh nanti gerakannya kayak gini ya kalo berantem'. Kalau di film semuanya sudah diatur. Dan pukulan tangan atau kaki, walaupun ke muka atau ke badan, itu sudah ada kontrol. Kalau di kehidupan nyata, kita membela diri supaya jangan sampai kita terluka.

T: Apa yang paling berat dialami saat syuting film laga?
J: Paling berat di sini, pada beberapa adegan berantem ya, jadi ada beberapa gerakan kita sudah sekeras mungkin sampai 'lawan' juga sudah kesakitan sama seperti saya...Kelihatannya kencang (maksudnya keras), tapi ternyata di kamera nggak terlihat (cukup) keras. Saling percaya aja sih saya. Maksudnya, keras bukan buat nyakitin tapi itu untuk kebutuhan kamera. Jadi benar-benar pukulan itu ekstra keras, full body contact, tapi tetap dikontrol. yang paling susah mengontrol itu kalau kaki menendang ke muka.

T: Cedera paling parah apa yang pernah Iko alami saat syuting?
J: Pantat saya pernah kena besi kontainer (saat syuting Merantau), tapi besoknya kita udah syuting lagi. Pas lagi pra-produksi, saya ada fight sama orang Tarung Derajat, mungkin dia belum bisa kontrol diri, dia ngebanting saya sampai tulang lutut (ligamen) saya keluar, bergeser dari tempurungnya.

T: Iko kan juga menjadi koreografer adegan berantem dalam film-film yang disutradarai Gareth, bagaimana Iko mencari inspirasi untuk adegan-adegan laga ini?
J: Setelah Merantau, saya sudah dikasih tugas sama Gareth untuk bikin koreografi laga baru. Jadi sudah ada stok. Ide2nya, ya diambil dari silat, untuk tunggal ya jurus-jurus perguruan ditampilin semua. Inspirasi itu dari situ. Dan Gareth juga memberi banyak referensi film (Iko menggesturkan setumpuk DVD yang diberikan oleh Gareth).

T: Apakah ada film yang menjadi favorit Iko untuk melihat adegan-adegan berantemnya?
J: Ong Bak, pasti itu. Itu aku curi-curi juga idenya. Ip Man, terus film-film Hongkong.

T: Apa ada film keluaran lama yang tidak bosan-bosannya ditonton oleh Iko?
J: Jackie Chan! Police Story itu benar-benar yang namanya fight dengan riil, seriil mungkin. Apa yang ada di lokasi itu ya yang mereka lakukan.

T: Ada yang berbeda nggak dari saat Iko belum bermain di Merantau dan sekarang jadi aktor laga? Apakah Iko menerima dianggap seleb?
J: Kalau dibandingkan dengan sebelumnya, memang agak sedikit beda, tapi dengan tanggapan seperti itu ya...ya saya bisa terima aja.

T: Tapi Iko tidak sering muncul di infotainment? Apakah Iko memang sengaja menghindari untuk tampil di infotainment?
J: Ya kalau kita muncul dengan berita seperti itu, kan jelek buat saya juga, buat background keluarga, teman-teman, dan orang- orang yang mengangkat saya.

T: Iko sering update Twitter atau Facebook?
J: Saya punya Twitter. Pernah update tapi saya sudah terlalu sibuk. Punya Twitter dan Facebook itu baru setelah merantau, dan cuma buat promosi film. Saya sampai ditegur Gareth, 'Iko ayo tulis status, kita sedang lagi bikin koreo(grafi) Serbuan Maut.' Oh oke, baru saya update. Update sih update, tapi ya nggak sampe kayak orang yang se-autis mungkin.

Sumber : id.omg.yahoo.com

Jayaclix.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar